JAKARTA (IndoTelko) Satelit Telkom 3S (T3S) yang telah diluncurkan pada Rabu pagi (15/2) pukul 04.39 WIB dari Guiana Space Center, Kourou, Guiana Perancis terus menunjukkan progres yang menggembirakan sebelum beroperasi penuh pada pertengahan April mendatang di slot orbit 118 Bujur Timur.
“Setelah Apogee kick motor ketiga dinyalakan, tahapan berikutnya tadi malam deployment sollar array (Panel Surya) dari Satelit Telkom 3S. Semua berjalan normal,” ungkap Kepala Proyek Satelit Telkom 3S Tonda Priyanto kepada IndoTelko, Senin (20/2).
Panel surya adalah power sistem yang digunkakan oleh satelit diperoleh dari sinar matahari yang diubah bentuk menjadi listrik menggunakan sel surya (solar cells). Panel surya hanya akan bekerja bila saat menghadap ke arah matahari, dan satelit dilengkapi dengan sensor yang mencari arah cahaya. Motor menggerakkan panel dihadapkan ke cahaya matahari. Selain itu, satelit juga dilengkapi dengan sumber tenaga yang berdurasi belasan tahun yang merupakan bahan bakarnya agar dapat beroprasi.
Dijelaskannya, pasca usainya Apogee Kick Motor ketiga dinyalakan maka satelit sudah mulai berputar di geo stationary orbit dengan inclinasi 0 derajat, atau sudah diatas equator dan beredar di equator, akan tetapi belum di slot orbit transit 135.5 Bujur Timur alias masih di slot 128.8 Bujur Timur dengan ketinggian belum mencapai yang dituju yaitu kurang 50-an km terutama di perigee. T3S berdasarkan ketinggian adalah satelit Geostatinonary Earth Global (GEO) alias Orbit stasioner dimana orbit yang menyebabkan waktu reovolusi satelit sama dengan rotasi bumi, yaitu satu hari.
“Masih perlu manuver sekali lagi di tanggal 23 Februari untuk menempatkan di slot orbit 135.5 Bujur Timur dengan ketinggan yang diharapkan untuk test transponder C standard. Untuk manuver ini kita pakai roket kecil (thruster) yang akan dipakai seumur hidup untuk menjaga posisi (attitude) satelit,” jelasnya.
Asal tahu saja, untuk menuju ke slot orbit, satelit melalui beberapa tahapan.
Tahapan pertama, kendaraan peluncur berisi roket-roket dan bahan bakar yang diperlukan untuk mengangkat satelit dan kendaraan peluncur ke angkasa. Roket-roket ini haruslah sangat kuat karena bobot dari kendaraan peluncur bisa mencapai ratusan ton. Setelah semua bahan bakar di tangki ini habis digunakan, stage satu tidak diperlukan lagi dan dibuang, dilepaskan jatuh ke Bumi.
Stage kedua berisi roket-roket yang lebih kecil yang akan menyala setelah stage satu selesai. Roket-roket stage kedua memiliki tangki bahan bakarnya sendiri. Stage kedua ini digunakan untuk mengirim satelit ke luar angkasa. Seperti pada stage satu, tangki dan roket dilepas dan dibuang ke atmosfer ketika bahan bakar sudah habis digunakan.
Berikutnya upper stage dari kendaraan peluncur dihubungkan ke tempat pembawa satelit, yang merupakan suatu wadah yang dilapisi metal, dan disebut fairing. Fairing berfungsi melindungi satelit saat proses peluncuran dan memudahkan kendaraan peluncur untuk menjelajah atmosfir Bumi. (Baca: Kumpulan berita Satelit T3S)
Fairing akan membuka ketika satelit berada diatas lapisan atmosphere dan terbakar ketika memasuki atmosphere. Roket-roket pada upper stage ini menyala setelah satelit berada di luar angkasa dan akan membawa satelit menuju titik orbit yang dituju. (Baca: Satelit T3S)
Satelit kemudian ditempat ke suatu transfer orbit yang akan mengirimkan satelit ke orbit yang lebih tinggi. Setiap satelit berada di titik terjauh (apogee) maka roket utama yang terpasang di satelit dinyalakan. Begitu seterusnya sampai satelit mencapai ketinggian orbit yang diinginkan.
Selanjutnya panel surya mulai dibuka dan dikembangkan agar satelit mulai mendapat catuan listrik dari sinar matahari, kemudian diikuti dengan dibukanya antena komunikasi.(id)